Bulan ini saya diletakkan dalam konflik. Saya yang biasanya berada di zona aman. Apa yang dilakukan cuma satu, bersyukur dan berusaha berpikiran positif.
Pernah terlintas ide, saya mau melarikan diri saja, pergi ke purwokerto seminggu berhubung ibu lagi piknik di sana, sakit satu minggu atau menyerahkan tugas saya ke orang lain, hahaha.. Kalau cuma menghindar, nggak menyelesaikan masalah. Ini seperti ujian, jika saya belum lulus, berarti setelah ini saya masih diberi persoalan yang sama.
Ada satu nasehat dari teman saya,
Di dunia kerja, mungkin ada hal - hal yang membuat sakit hati. Misalnya, turun jabatan, dipojokkan dalam rapat dan nggak ada yang menolong, baru jadi manager belum ada setahun tiba-tiba pindah bagian, punya teman yang baik dihadapan kita tapi dibelakang menyebarkan aib, jerih payah kita diakui sebagai hasil kerja orang lain. Harus bagaimana? Mau balas dendam? Menunjukkan kebencian? Harus bisa menghadapi dengan kepala dingin, bukan kekanak-kanakan.
Sekali membenci seseorang, maka apapun yang dilakukan orang tersebut adalah salah. Jika benci yang dipilih, mungkin kita nggak akan mampu melihat kebaikan dari orang tersebut, nggak bisa melihat hikmah dari rencana Allah Swt.
Jadilah lebih dewasa tya :D
Kalo kata Pak Mario, sakit hati adalah pertanda bahwa kita perlu memperbaiki diri. Semoga saya lulus ujian kali ini, lihat saja bulan depan, semoga nanti saya senyum-senyum melihat tulisan ini.
Inilah hadiah bulan April..
suka aneh - aneh.. Saya senyum - senyum sendiri mendengar cerita dosen saya di kelas. Beliau bercerita, temannya yang orang IT ikut les Boga Sari sampai bisa buat roti unyil yang lezaaat. Jangan salah ya, masak roti unyil itu ternyata bukan hal yang mudah. Kalo kata orang IT, algoritmanya kompleks. Lebih sulit daripada buat roti biasa. Pengalaman teman dari dosen saya ini sebelas dua belas dengan pengalaman saya waktu liburan semester kemarin.
ada yang tekun belajar beladiri, ada yang jago fotografi, ada yang suka travelling keliling jawa dan pulau-pulau lain, ada yang buka usaha, ada yang bisa nyanyi, dan lain sebagainya. Mulailah saya berpikir, "Saya bisanya apa sih?" 
. Lebaran kemaren saya dapat baju baru 7 buah. Empat saya buat sendiri, tapi satu buah belum jadi (pending: TA). Sisanya dibeliin, kata ibu saya, nggak pa pa beli, buat di contoh modelnya. Hiks, selama ini mengenaskan, haha..Ternyata semudah ini minta baju ke orang tua saya hohoho.. Apalagi kisah si baju yang terakhir, ga usah minta dikasih. Waktu itu ada satu model baju yang menarik buat saya (ehm, you know lah perempuan gimana). Saya buat polanya, terus karena kain yang buat les dah habis ya udah deh liat liat lemari baju, siapa tau ada baju bekas yang bisa buat percobaan. Menurut saya ini 'cool'. Pengaruh dulu pernah baca cerita yang isinya si tokoh utama suka permak baju-baju ibunya jadi gaun, dll. Sayangnya, menurut ibu saya, oh nooooo anakku masak pakai baju gombal! Jadilah saya diajak ke toko kain lagi. Buat yang punya cita - cita bikin baju sendiri seperti saya ^ ^ Just do it!
Kalo biasanya mengeluh sana sini, capek coding, belajar IT susah. Di bidang apapun juga bakal capek. See! Buat bikin satu baju, dari mulai desain, buat pola, potong, terus jahit semuanya butuh ketekunan. Saya jadi merasa miris, kalo melihat kenyataan ada yang menghargai upah penjahit satu baju di bawah 50rb atau satu bulan cuma 800rb. Baca kisah ini di balik cerita Petersaysdenim. Sebelum mendirikan Petersaysdenim, beliau (Peter) sempat mengerjakan pesanan dengan upah satu baju cuma 10-20rb. 
This special day make me remember to Kartini Day when I was in Junior High School. Dulu, ibu sendiri yang menata rambut saya juga merias wajah saya. Hmm.. I won't forget.
