Lie to Me

Kalau waktu kecil suka cerita misteri seperti Detective Conan atau Kindaichi, mungkin sekarang kamu akan menyukai Lie to me. Isinya sama, tentang usaha mengungkap kasus. Tapi Lie to me sedikit berbeda. Karena Dr. Cal Lightman, si pemeran utama, dan rekan – rekannya mengungkap kasus dengan cara membaca ekspresi dari para saksi, tersangka, dan orang – orang yang berkaitan dengan kasus tersebut.

Dikisahkan, Dr. Cal Lightman adalah seorang Deception Expert dari United States yang membuka perusahaan bernama Lightman Group. Bersama Gillian Foster, Eli Loker dan Ria Torres, Cal menawarkan jasa untuk mengungkap siapa yang bisa dipercaya dan siapa yang berbohong. Lightman Group biasanya bekerja untuk polisi, FBI, perusahaan, bahkan individu. Mulai dari memecahkan kasus korupsi, narkotika, pembunuhan, penculikan. Bahkan ada kasus, ketika Lightman Group diminta untuk mengungkap, apakah calon istrinya benar – benar mencintainya atau hanya mencintai uangnya.

Film seri Lie to me adalah fiksi, tetapi film ini dibuat berdasarkan ilmu pengetahuan yang benar – benar ada, microexpression. Mengapa disebut micro? Karena ekspresi yang jujur ternyata hanya bertahan kurang dari seperlima detik. Jika lebih dari seperlima detik, dapat dipastikan, itu ekspresi palsu. The truth is written on all our faces. Itulah pesan yang ingin disampaikan film ini. Ternyata manusia tidak dapat menyembunyikan perasaannya ketika marah (anger), mencemooh (scorn), merendahkan (contempt), senang (happy), terkejut (surprised), malu (embarrassment), sedih yang mendalam (agony), merasa jijik (disgust), dan lain sebagainya. Hebatnya, dalam film ini diungkapkan bahwa setiap microexpression ada rumusnya. Misalnya, Enjoyment Smile = 6 + 12 D + 25 C. Dalam senyum yang mengungkapkan rasa senang ada 3 tanda; pupil mengecil, kerutan di mata, dan bentuk bibirnya tidak dikontrol.

Ternyata memang benar, hati kecil itu tidak pernah berbohong. Walaupun mungkin, hati kecil cuma muncul selama kurang dari seperlima detik.